METODE PENGOLAHAN DAN PENANGANAN LIMBAH
DIDALAM DAN LUAR NEGERI
1. Pengolahan dan penanganan dalam Negeri
Penanganan limbah Haruslah benar- benar
di perhatikan karna menyangkut kenyamanan Dan kesehatan banyak orang.
Maka dari pada itu ada beberapa hal-hal yang harus di perhatikan sebagai
berikut :
- Menjamin tempat tinggal / tempat kerja yang
bersih
- Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
- Mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan vektor penyakit
- Aman terhadap warga disekitar pengolahan
limbah
- Aman terhadap pekerja pengolah limbah
Cara untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan meliputi 2 cara yaitu :
1.
Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang dapat
merencanakan, mengatur, mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan
bersifat mengikat sehingga dapat memberi sanksi hukum pagi pelanggarnya.
2.
Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dengan cara-cara yang berkaitan dengan proses produksi seperti perlu tidaknya
mengganti proses, mengganti sumber energi/bahan bakar, instalasi pengolah
limbah atau menambah alat yang lebih modern /canggih.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah :
- Mengutamakan keselamatan manusia
- Teknologi modern dan harus sudah
dikuasai dengan baik
- Secara teknis dan ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan
- Jika terjadi
sesuatu pengelola wajib bertanggung jawab
A. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat dapat dihasilkan dari industri, rumah tangga,
rumah sakit, hotel, pusat perdagangan/restoran maupun
pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat melalui beberapa
tahapan, yaitu :
- Penampungan dalam bak sampah
- Pengumpulan sampah
- Pengangkutan
- Pembuangan di TPA.
Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai
macam perlakuan, seperti menjadi bahan makanan bagi sapi / ternak yang
digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah menjadi pupuk kompos.
Berikut ini beberapa metode penanganan limbah organik padat
:
1. Composting, yaitu penanganan
limbah organik menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk melalui
proses fermentasi. Bahan baku untuk membuat kompos adalah sampah kering maupun
hijau dari sisa tanaman, sisa makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan dll.
Dalam proses pembuatan kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi /
penguraian oleh mikroorganisme. Proses sederhana pengomposan berlangsung secara
anaerob yang sering menimbulkan gas. Sedangkan proses pengomposan secara aerob
membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pengomposan
yaitu :
- Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan
semakin cepat proses pengomposan
- Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang
mengandung air akan berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak
sempurna. Tetapi jika kelebihan air berubah menjadi anaerob dan tidak menguntungkan
bagi organisme pengurai.
- Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat
proses pengomposan sehingga perlu pembalikan atau pengadukan kompos.
- pH (derajat keasaman), supaya proses
pengomposan berlangsung cepat, pH kompos jangan terlalu asam maka perlu
penambahan kapur atau abu dapur
- suhu, suhu optimal pengomposan berlangsung
pada 30 – 450 C
- perbandingan C dan N, proses pengomposan dapat
dihentikan bila komposisi C/N mendekati perbandingan C/N tanah yaitu 10 – 12
- kandungan bahan sampah seperti lignin, wax
(malam) damar, selulosa yang tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos, memalui cara :
- menggunakan
komposter
- tumpukan terbuka
(open windrow)
- cascing
(menggunakan cacing)
Di dalam kompos terdapat unsur-unsur
hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga digunakan sebagai pupuk tanaman dan
disebut pupuk organik. Dalam proses pengomposan, bahan baku kompos mengalami
perubahan kimiawi oleh mikroorganisme / bakteri yang membutuhkan nitrogen untuk
hidupnya. Tetapi tidak selalu bahan baku kompos mengandung nitrogen yang cukup
untuk kebutuhan bakteri pengurai tersebut sehingga diperlukan pemberian
tambahan nitrogen, salah satunya adalah EM 4 (effective microorganism 4) yang
berfungsi sebagai aktivator. Hal ini akan membantu bakteri hidup berkembang
dengan baik sehingga proses penguraian bahan baku kompos menjadi lebih cepat
dan proses pengomposan berlangsung lebih cepat pula. Jika aerasi kurang,
maka yang terjadi adalah proses pembusukan dan akan mengasilkan bau busuk
akibat terbentuknya amoniak (NH3) dan asam sulfida (H2S).
Kompos dari bahan baku organik memiliki beberapa kegunaan
antara lain :
- memperbaiki kualitas
tanah
- meningkatkan kemampuan
tanah dalam melakukan pertukaran ion
- membantu pengolahan
sampah
- mengurangi pencemaran
lingkungan
- membantu melestarikan
sumber daya alam
- membuka lapangan kerja
baru
- mengurangi biaya
operasional bagi petani atau pecinta tanaman
1. Gas Bio, yaitu
pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia maupun kotoran hewan
menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif.
Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang terbanyak,
karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ), Oksigen (O2),
dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini harus pada
tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
2. Makanan ternak ( Hog
Feeding ), adalah pengolahan sampah organik menjadi makanan ternak. Agar sampah
organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak harus dipilih dan dibersihkan
terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah yang mengandung logam berat
atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan ternak.
Ada rumus Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan
reuse )
•
Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan
barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun daripada
plastik sebagai pembungkus, menggunakan MTBE daripada TEL untuk anti knocking
pada mesin, tidak menggunakan CFC sebagai pendingin dan lain-lain.
•
Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan
produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri yang besar dari pada
banyak kantong plastik, membeli kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian,
minyak goreng dan lain-lain daripada membeli botol setiap kali habis, membeli
bahan-bahan makanan atau keperluan lain dalam kemasan besar daripada yang
kecil-kecil.
•
Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang
sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang
biasanya dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang
bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan
keuntungan karena dengan memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa mendapat
penghasilan.Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember,
gantungan baju, pot tanaman dll.
•
Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan
memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya
memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi
keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong belanja / tas dll
2. Insenerator, adalah alat yang digunakan
untuk membakar sampah secara terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien
karena sanggup mengurangi volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu
sekitar 5 – 10 % dari total volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan
sebagai penimbun tanah. Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa
memusnahkan sampah logam.
3. Sanitary Landfill, adalah metode
penanganan limbah padat dengan cara membuangnya pada area tertentu.
Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :
1. Metode
galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam galian parit yang
memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit. Sampah yang
ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah parit baru di
sebelah parit yang telah penuh tersebut.
2. Metode
area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa, atau lereng kemudian
ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu.
3. Metode
ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan metode area. Pada area
yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah setiap hari dengan
ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan digunakan sebagai
jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi dll.
4. Penghancuran sampah (pulverisation),
adalah proses pengolahan sampah anorganik padat dengan cara menghancurkannya di
dalam mobil sampah yang dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah
hancur menjadi potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun
tanah yang cekung atau letaknya rendah.
5. Pengepresan sampah ( reduction mode),
yaitu proses pengolahan sampah dengan cara mengepres sampah tesebut menjadi
padat dan ringkas sehingga tidak memakan banyak tempat.
B. Penanganan
Limbah Cair
Sekitar 80% air yang digunakan manusia
untuk aktivitasnya akan dibuang lagi dalam bentuk air yang sudah tercemar, baik
itu limbah industri maupun limbah rumah tangga. Untuk itu diperlukan penanganan
limbah dengan baik agar air buangan ini tidak menjadi polutan.
Tujuan pengaturan pengolahan limbah cair ini adalah :
- Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai,
waduk, danau, rawa dll)
- Untuk melindungi biota dalam tanah dan
perairan
- Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan
vektor penyakit seperti nyamuk, kecoa, lalat dll.
- Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak
sedap
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara-cara :
- Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap.
- Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
- Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin
partikel tersuspensi dari dalam airatau menyumbat membran yang akan digunakan
dalam proses osmosis.
- Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa
anorganik dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
- Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu
proses yang dilakukan untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah
sebelumnya dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini
diaplikasikan untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
- Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang
dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan
menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas
metode nondegradatif misalnya koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi
polutan organik dengan pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar
ultraviolet dll.
- Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah
dengan memanfaatkan mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik
secara aerobik maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang
murah dan efisien.
Metode pengolahan limbah cair, meliputi beberapa cara :
1. Dillution (pengenceran), air limbah
dibuang ke sungai, danau, rawa atau laut agar mengalami pengenceran dan
konsentrasi polutannya menjadi rendah atau hilang. Cara ini dapat mencemari
lingkungan bila limbah tersebut mengandung bakteri patogen, larva, telur cacing
atau bibit penyakit yang lain. Cara ini boleh dilakukan dengan syarat bahwa air
sungai, waduk atau rawa tersebut tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain,
volume airnya banyak sehingga pengenceran bisa 30 -40 kalinya, air tersebut
harus mengalir.
2. Sumur resapan, yaitu sumur yang
digunakan untuk tempat penampungan air limbah yang telah mengalami
pengolahan dari sistem lain. Air tinggal mengalami peresapan ke dalam
tanah, dan sumur dibuat pada tanah porous, diameter 1 – 2,5 m dan kedalaman 2,5
m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 – 10 tahun.
3. Septic tank, merupakan metode terbaik
untuk mengelola air limbah walaupun biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah
yang luas. Septic tank memiliki 4 bagian ruang untuk tahap-tahap
pengolahan, yaitu :
- Ruang pembusukan, air kotor akan bertahan 1-3
hari dan akan mengalami proses pembusukan sehingga menghasilkan gas, cairan dan
lumpur (sludge)
- Ruang lumpur, merupakan ruang empat
penampungan hasil proses pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur dapat
dipompa keluar
- Dosing chamber, didalamnya terdapat siphon
McDonald yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke
bidang resapan agar merata
- Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan
keluar dari dosing chamber serta menyaring bakteri patogen maupun
mikroorganisme yang lain. Panjang minimal resapan ini adalah 10 m dibuat pada
tanah porous.
- Riol (parit), menampung semua air kotor dari
rumah, perusahaan maupun lingkungan. Apabila riol inidigunakan juga untuk
menampung air hujan disebut combined system. Sedang bila penampung hujannya
dipisahkan maka disebut separated system. Air kotor pada riol mengalami proses
pengolahan sebagai berikut :
C. Penanganan Limbah Suara
Bising merupakan polusi pendengaran.
Suara-suara yang sangat bising dapat mengganggu pendengaran dan juga membuat
orang tidak nyaman. Sumber kebisingan dapat dikurangi atau dihilangkan sama
sekali dengan :
- Mematikan atau menghilangkan sumber suara /
sumber kebisingan
- Memasang alat peredam suara
- Pengendalian pada jejak propagasi, mengganti
bahan baku ruangan dengan bahan yang dapat meredam suara
- Pengendalian pada penerima suara, yaitu dengan
melakukan upaya perlindungan pada pendengaran manusia, seperti tutup / sumbat
telinga.
·
Dampak
Pengolahan Limbah Terhadap Lingkungan
Pengolahan limbah yang baik dapat
memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, akan tetapi bila tidak dikelola
dengan baik dapat memberi dampak negatif bagi lingkungan.
a. Dampak positif pengolahan limbah
Pengolahan limbah yang benar akan memberikan dampak positif,
yaitu :
- Limbah dapat digunakan untuk menimbun lahan /
dataran rendah
- Limbah dapat digunakan untuk pupuk
- Limbah dapat digunakan sebagai pakan ternak , baik
langsung maupun mengalami proses pengolahan lebih dulu
- Mengurangi tempat perkembangbiakan penyakit /
vektor penyakit
- Mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit
menular
- Menghemat biaya pemeliharaan kesehatan karena
masyarakat yang sehat
b. Dampak negatif bila limbah tidak
dikelola dengan baik
Pengolahan limbah yang kurang baik akan memberikan dampak
negatif, seperti :
- Menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman penyakit / vektor penyakit
- Menyebabkan gangguan
kesehatan seperti sesak nafas, insomnia maupun stress
- Lingkungan menjadi kotor,
bau, saluran air tersumbat, banjir
- Lingkungan menjadi tidak
indah dipandang
- Menurunkan minat orang
datang ketempat tersebut
- Menaikkan angka kesakitan
bagi masyarakat
- Membutuhkan dana besar
untuk membersihkan lingkungan
- Menurunkan pemasukan
pendapatan daerah karena kurangnya wisatawan yang berkunjung.
2. Pengolahan dan penanganan
diluar Negeri
Menurut salah satu Peneliti sekaligus
dosen di salah satu Universitas di Jepang Metode yang dipakai dalam pengolahan
dan Penangan Limbah tersebut adalah sebagai berikut.
Persoalan sampah mungkin menjadi
masalah tanpa solusi bagi negara-negara berkembang, namun tidak bagi negara
maju. Contohnya di Jepang persoalan sampah mendapat perhatian serius pemerintah
dengan menerapkan aturan yang ketat dalam hal pembuangan sampah. Menurut
beberapa sumber, pada era 1960-an kondisi kota Tokyo tidak jauh beda dengan
kondisi kota-kota di Indonesia dengan sampah yang berserakan. Namun jangan
pernah membayangkan hal yang sama terjadi di era sekarang. Mungkin banyak di
antara teman-teman yang pernah ke Jepang begitu tercengang melihat kebersihan
lingkungan di Jepang. Sampah berserakan yang menjadi bagian tak terpisahkan
dari pemandangan harian beberapa sudut kota di Indonesia bukanlah pemandangan
yang mudah dijumpai di Jepang atau boleh dibilang hampir mustahil ditemukan
karena saking bersihnya.
Sebagai bagian dari keseharian anda di
Jepang, memahami tentang aturan membuang sampah adalah hal yang harus anda
lakukan sejak hari pertama anda menginjakkan kaki anda di negera matahari
terbit ini. Tiap-tiap daerah di Jepang mempunyai aturan yang sedikit berbeda
satu sama lain, tergantung Tempat Pengolahan Sampah terpadu yang tersedia di
daerah tersebut. Namun secara umum cara pemisahan sampah di Jepang dapat
dilihat seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.
Jika anda belum mampu membaca tulisan
Jepang, perhatikan saja gambar yang ditampilkan, yang menunjukkan
pengkategorian sampah dilihat dari jenisnya. Masing-masing sampah tersebut
sudah diatur sedemikian rupa kapan jadwal pembuangan sampah bisa dilakukan dan
bagaimana cara membuangnya. Jika kita membuang sampah tidak pada hari yang
ditentukan, petugas sampah tidak akan mengambil sampah yang kita tempatkan di
bak sampah kita dan umumnya diberi peringatan yang ditulis di bak sampah
tersebut kalau kita salah membuang sampah. Dalam beberapa kasus (tergantung
daerahnya) jika pelanggaran itu dilakukan berulang-ulang akan ada hukuman
berupa denda.
Pengetahuan tentang bagaimana cara
membuang sampah dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya tidak hanya
diperlukan bagi mereka yang tinggal di jepang dalam periode lama saja. Bagi
anda yang melakukan kunjungan singkat ke Jepang untuk keperluan seminar atau
rekreasi misalnya kebiasaan ini juga harus anda perhatikan. Umumnya di
tempat-tempat umum di Jepang tersedia tempat sampah untuk membuang sampah, yang
terdiri dari berbagai macam tempat sampah berdasarkan jenis sampah yang boleh
ditaruh. Ada tempat sampah untuk sampah yang bisa dibakar, ada tempat sampah
untuk sampah yang tida bisa dibakar, ada tempat sampah untuk botol dan kaleng,
dan sebagainya.
Dulu sewaktu tinggal di asrama Kampus,
yang masuk wilayah midoriku Yokohama, mueru gomi (sampah yang bisa
dibakar) hanya boleh dibuang pada hari senin dan Jumat saja. mueranai gomi
(sampah yang tidak bisa dibakar) hanya boleh dibuang setiap hari rabu. Sampah
jenis aluminium hanya bisa dibuang hari selasa minggu ke-2 dan ke-4 saja. dan
seterusnya. Untuk lebih detailnya tentang aturan membuang sampah di area
Midoriku Yokohama perhatikan gambar-gambar berikut yang saya ambil dari buku
aturan petunjuk cara membuang sampah untuk kawasan midoriku yokohama (klik
untuk memperbesar tampilan gambar). Saat pindah ke apartemen di wilayah Tokyo,
aturan dan jadwal pembuangan sampah berbeda, jadi harus mengikuti petunjuk yang
dikeluarkan oleh city office.
BERIKUT
ADALAH METODE PENGOLAHAN SAMPAH
Perbandingan
pengolahan sampah Indonesia dengan Luar Negeri
Sampah di dunia ini tidak akan habis
selama manusia di dunia ini masih ada. Memang alam memiliki kendali besar dalam
pengolahan secara otomatis pada sampah organik. Namun tidak berimbang dengan
sejuta ton yang dihasilkan oleh manusia setiap bulannya dengan alam yang
memusnahkannya.
Sampah dapat dimusnahkan, didaur ulang,
dan dijadikan produk yang bermanfaat berupa kompos, pupuk cair, briket, dan
biogas.
Pengolahan Sampah
Indonesia
Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat
penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
• Volume sampah sangat besar
sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah.
• Teknologi pengelolaan sampah
tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya. Hal ini menyebabkan
percepatan peningkatan volume sampah lebih besar.
• Sampah yang mudah matang dan
telah berubah menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA karena berbagai
pertimbangan.
• Manajemen pengelolaan sampah
tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat
setempat.
Banyak kota atau kabupaten memiliki
cara pengolahan sampah, tetapi modelnya tidak banyak berbeda.Alasannya cukup
masuk akal yaitu anggaran APBD tidak sebesar yang diinvestasikan untuk hal yang
konsumtif. Adapun pengolahan sampah yang diterapkan di Indonesia ada dua macam
yaitu urugan dan tumpukan. Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja
dilakukan pada lokasi yang tepat yaitu bila tidak ada pemukiman dibawahnya.
Model ini dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak terlalu
banyak. Pengolahan sampah yang kedua lebih maju dari cara tumpukan yaitu
urugan. Model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama dengan
teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air
pembuangan, pengolahan air buangan, dan pembakaran ekses gas metan. Model yang
lengkap ini telah memenuhi prayarat kesehatan lingkungan. Model seperti ini
banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun, sayangnya model tumpukan ini
umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat
daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Pengelolaan Sampah di Luar Negeri
Di tahun terakhir, telah ada suatu
aturan tentang prakarsa manajemen sapah padat yang dilakukan oleh negara-negara
Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Sebagai contoh, pemerintah jepang
sedang bekerja ke arah suatu target pengurangan timbunan sampah sebanyak 75%.
Sebagian besar fokus dari program ini pada 3R (Reduce, Recycle, dan Re-use).
Umumnya pengelolaan sampah diluar
negeri, khususnya Eropa, sudah dimulai di rumah tangga, yaitu dengan memisahkan
sampah organik dan anorganik. Kantong sampah terbuat dari bahan yang bisa di
daur ulang. Warna kantong dibedakan antara sampah organik dan anorganik. Sampah
organik biasanya berwarna hijau, sedangkan kantong sampah anorganik berwarna
coklat.Adapun kantong sampah barang beracun berwarna merah. Selain di lokasi
perumahan, pemerintah setempat juga menyediakan tempat sampah di lokasi
strategis untuk tempat buangan sampah dilokasi umum. Konstruksi tempat sampah
sedemikian rupa sehingga mudah diangkut oleh truk sekaligus bersama tempat
sampahnya ke lokasi pengolahannya. Setelah itu sampah dipisahkan berdasarkan
jenis-jenisnya dengan menggunakan magnetic seperator.
Melihat proses pembentukan “habit”
pengolahan sampah di luar negeri tersebut, saya yakin kalau kita di Indonesia
bisa meniru Negara Eropa. Kesadaran pada sampah dan lingkungan hidup di Eropa
baru tumbuh dalam beberapa puluh tahun terakhir. Artinya hal tersebut bukan
terjadi by default pada diri masyarakat Eropa, namun dilakukan by design dengan
membentuk habit atau kebiasaan melalu edukasi.Oleh karena itu, upaya membangun
kesadaran masyarakat melalui berbagai kampanye lingkungan hidup oleh
komunitas-komunitas peduli lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Sahabat
Kompasianer dari Jogjakarta, Mas Daniel Suharta dan kawan-kawan, perlu banyak
dilakukan di setiap kota dan tempat.Apa yang dilakukan mas Daniel dengan
membentuk berbagai program kampanye peduli lingkungan, persis seperti yang
dilakukan oleh chonaikai di Jepang, 30 tahun lalu. Meski saat itu pemerintah
Jepang belum mendukung dan bergerak, mereka tidak putus asa. Selama 20
tahun, komunitas tersebut terus konsisten meraih simpati dan berkembang pesat
hingga akhirnya malah dapat memberi tekanan sosial pada pihak pemerintah.
Sumber :
HR.
Sudrajat - Mengelola Sampah Kota, http://blh.banyumaskab.go.id/read/5758/perbedaan-pengelolaan-sampah-indonesia-vs-jepang#.VHMDGtKUeS